9 Jan 2015

Ilmu Sosial Dan Akal Sehat

"Ilmu Sosial Dan Akal Sehat" menjadi topik pilihan dalam artikel kali ini. Tim Soepeno Blog menyajikannya untuk pembaca sekalian. Selamat menikmati!

Kembali lagi dengan PemudaBerbagi.Com, kali ini saya akan memaparkan atau lebih tepatnya bernostalgia dengan materi perkuliahan. Sosiologi, pastinya hampir sebagian mahasiswa mengetahui sosiologi. Baiklah dalam bahasan kali ini akan kita paparkan tentang Ilmu Sosial Dan Akal Sehat.

Sudah beribu-ribu tahun lamanya akal sehat manusia mengatakan bahwa bentuk permukaan bumi kita itu datar, kemudian benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang lebih ringan dan juga watak atau karakter seseorang akan tampak dari raut muka. Itulah anggapan akal sehat manusia yang tertanam selama ribuan tahun. Namun kini akal sehat telah digantikan oleh ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan yang dijadikan sumber pengetahuan yang dapat diandalkan.

Ilmu Sosial Dan Akal Sehat
Apabila kita tidak mengetahui asal-usul gagasan atau pendapat kita kadang kita menamakannya “akal sehat”. Jika kita menyebutnya akal sehat, kita tidak perlu membuktikan kebenarannya, karena orang lain akan sepakat dengan gagasan kita dalam penipuan diri dan secara kolektif atau publik bahwa gagasan itu sudah dibuktikan. Apabila orng mendesak meminta bukti, kita hanya menjawab pembuktiannya melalui pengalaman. Istilah “akal sehat” memberi tempat terhormat pada segala macam gagasan yang tidak memiliki dasar pemikiran sistematis yang dapat dikutip.

Yang dimaksud dengan akal sehat menurut Paul B.Horton dalam buku SOCIOLOGY, Sixt Edition, adalah kumpulan dugaan, firasat, dan hasil belajar secara coba-coba dari sekelompok masyarakat. Banyak akal sehat yang baik, masuk akal, sederhana dan bermanfaat. Observasi praktis dalam kehidupan sosial masyarakat, misalnya “ Jawaban yang lembut akan memalingkan kemurkaan”, “Burung yang sejenis terbang bersama dalam satu kelompok”. Namun sebagian besar kesimpulan akal sehat yang berdasar pada ketidak tahuan, prasangka, dan salah tafsir.

Ketika orang-orang Eropa pada abad pertengahan memperhatikan bahwa penderita demam bebas dari kutu, maka berdasarkan akal sehat pada saat itu disimpulkan bahwa demam dapat disembuhkan oleh kutu, dan karena itu mereka menaburkan kutu kepada orang yang sakit demam. Baru setelah beberapa ratus tahun kemudian terlahirlah metode ilmiah yang menjadi cara yang lazim digunakan untuk mencari jawaban atas dunia alami. Bahkan dalam waktu yang singkat sejak digunakan metode ilmiah ini, kita mengetahui lebih banyak dari yang pernah dicapai dalam sepuluh ribu tahun sebelumnya. Ledakan pengetahuan yang luar biasa dalam dunia moderen itu adalah berkat penggunaan metode ilmiah, lalu bagaimana cara kerja metode ilmiah? Kita akan bahas selanjutnya di http://www.pemudaberbagi.com/. Terimakasih semoga bermanfaat.

Temukan Soepeno Blog di berbagai media social:
Twitter: @SEOPeno
Facebook: Soepeno Blog

Categories:

0 comments:

Posting Komentar

Copyright © Soepeno Blog

Up ↑