"Ilmu Sosial Dan Akal Sehat" menjadi topik pilihan dalam artikel kali ini. Tim Soepeno Blog menyajikannya untuk pembaca sekalian. Selamat menikmati!
Kembali lagi dengan PemudaBerbagi.Com, kali ini saya akan
memaparkan atau lebih tepatnya bernostalgia dengan materi perkuliahan.
Sosiologi, pastinya hampir sebagian mahasiswa mengetahui sosiologi. Baiklah dalam
bahasan kali ini akan kita paparkan tentang Ilmu Sosial Dan Akal Sehat.
Sudah beribu-ribu tahun lamanya akal sehat manusia mengatakan
bahwa bentuk permukaan bumi kita itu datar, kemudian benda yang lebih berat
akan jatuh lebih cepat daripada benda yang lebih ringan dan juga watak atau
karakter seseorang akan tampak dari raut muka. Itulah anggapan akal sehat
manusia yang tertanam selama ribuan tahun. Namun kini akal sehat telah digantikan
oleh ilmu pengetahuan sebagai pengetahuan yang dijadikan sumber pengetahuan
yang dapat diandalkan.
Apabila kita tidak mengetahui asal-usul gagasan atau
pendapat kita kadang kita menamakannya “akal sehat”. Jika kita menyebutnya akal
sehat, kita tidak perlu membuktikan kebenarannya, karena orang lain akan
sepakat dengan gagasan kita dalam penipuan diri dan secara kolektif atau publik
bahwa gagasan itu sudah dibuktikan. Apabila orng mendesak meminta bukti, kita
hanya menjawab pembuktiannya melalui pengalaman. Istilah “akal sehat” memberi
tempat terhormat pada segala macam gagasan yang tidak memiliki dasar pemikiran
sistematis yang dapat dikutip.
Yang dimaksud dengan akal sehat menurut Paul B.Horton dalam
buku SOCIOLOGY, Sixt Edition, adalah kumpulan dugaan, firasat, dan hasil
belajar secara coba-coba dari sekelompok masyarakat. Banyak akal sehat yang
baik, masuk akal, sederhana dan bermanfaat. Observasi praktis dalam kehidupan sosial
masyarakat, misalnya “ Jawaban yang lembut akan memalingkan kemurkaan”, “Burung
yang sejenis terbang bersama dalam satu kelompok”. Namun sebagian besar kesimpulan
akal sehat yang berdasar pada ketidak tahuan, prasangka, dan salah tafsir.
Ketika orang-orang Eropa pada abad pertengahan memperhatikan
bahwa penderita demam bebas dari kutu, maka berdasarkan akal sehat pada saat
itu disimpulkan bahwa demam dapat disembuhkan oleh kutu, dan karena itu mereka
menaburkan kutu kepada orang yang sakit demam. Baru setelah beberapa ratus
tahun kemudian terlahirlah metode ilmiah yang menjadi cara yang lazim digunakan
untuk mencari jawaban atas dunia alami. Bahkan dalam waktu yang singkat sejak
digunakan metode ilmiah ini, kita mengetahui lebih banyak dari yang pernah
dicapai dalam sepuluh ribu tahun sebelumnya. Ledakan pengetahuan yang luar
biasa dalam dunia moderen itu adalah berkat penggunaan metode ilmiah, lalu
bagaimana cara kerja metode ilmiah? Kita akan bahas selanjutnya di http://www.pemudaberbagi.com/. Terimakasih semoga bermanfaat.
Temukan Soepeno Blog di berbagai media social:
Twitter: @SEOPeno
Facebook: Soepeno Blog
0 comments:
Posting Komentar